Sabtu, 14 Maret 2015

My Storiette...



Crush On You
Lagi, lagi, dan lagi perasaan itu muncul. Perasaan yang disenangi banyak orang tetapi terselip luka di dalamnya. Teringat 2 tahun aku pernah menyukai sesorang lelaki, aku bertemu dengannya saat masuk kuliah. Mungkin ini yang disebut cinta pada pandangan pertama, tak ada yang kulihat selain dirinya hari itu. Sulit bagiku untuk mengetahui siapa namanya, di mana dia tinggal semua itu harus aku cari dengan suah payah selama berbulan-bulan. Yang aku harapkan pada saat itu hanyalah bertemu dengannya, selalu aku berdoa untuk bertemu dengannya tanpa aku ketahui namanya.
Sampai pada akhirnya aku mengetahui namanya, begitu senangnya aku hanya dengan tahu namanya saja aku sudah sebahagia ini. Perasaan apa ini, tak pernah aku merasa seperti ini seakan ingin berteriak karena sesuatu hal yang konyol. Tapi kebahagiaanku hanya bertahan beberapa menit, seorang temanku yang memberi informasi namanya mengatakan jika dia sudah memiliki pacar. Bisakah kalian rasakan? Teramat sakit mendengarnya karena aku juga mengenal siapa pacarnya itu. Hingga aku merenung harus aku apakan perasaan ini, sudah terlalu dalam aku menyimpan rasa untuknya, haruskah aku membuang perasaan ini atau meneruskan perjuanganku untuk bisa dekat dengannya.
Dia aku kira jauh untuk dijangkau ternyata sangat dekat, banyak temanku yang satu kelas dengannya. Yang aku punya darinya hanyalah nomer ponselnya, bingung harus aku apakan. Mungkin seorang wanita akan berfikir gengsi untuk memulai, tapi apa itu juga yang harus aku lakukan? Apa yang aku dapat jika gengsi itu aku tanam? Susah payah aku tahu siapa dia tapi aku hanya diam saja saat aku punya nomer ponselnya? Oh no, mungkin aku juga gila jika aku mengirimnya pesan dan mengajaknya berkenalan.
Ntah apa yang aku fikirkan sampai aku benar-benar gila dan mengirimnya sms. Apa aku sudah terlalu dalam jatuhkan hatiku padanya? My God, tak sadar apa yang aku lakukan akan menyakiti hatiku senidri, kesalahan ku sendiri yang melukis luka di hatiku. Awalnya mungkin sama dengan orang pada umunya jutek dan cuek, tetapi aku gunakan kelihaianku dalam merangkai kata yang membuatnya nyaman denganku, sampai dia cerikan pacarnya itu padaku. Apa ini resiko yang ku ambil? Terluka di atas bahagianya oarang yang aku sukai. Yang kufikir saat itu adalah membuatnya nyaman dengan ku, sampai pada waktu pertengahan malam aku mendapati dia mengirim pesan “Ki bangun, ayo shalat”. Mataku yang langsung membelalakan, dia menambah kadar sukaku ini. Padahal belum lama aku berkomunikasi dengannya. Dan pagi itu juga pukul 5 pagi ada satu pesan lagi, aku ambil ponselku dan melihat namanya. Terlintas di benakku, apa ini? Kenapa seperti ini? Perasaan senang yang bertubi-tubi? Aku harus senang atau sedih?. Dia yang baru mengenalku, bahkan aku fikir aku adalah orang asing dalam hidupnya memberitahu jika ia telah putus dengan pacarnya. Semudah ini aku dekati dia dengan perjuanganku sebelumnya untuk mendekatinya?, tapi aku tak berfikir sejauh itu aku hanya menikmati apa yang aku rasakan pada saat itu.
Namanya aku sebut dalam setiap baris doaku. Tak mudah aku jatuhkan hati ini padanya, karena aku sadar dan tahu bagaimana akhir cerita ini. Selalu aku berharap agar dapat dekat dengannya, bercerita layaknya seorang yang sedang PDKT. Aku terus menjaga sikap ucapanku agar dia selalu nyaman bersamaku, mungkin itu yang sering dilakukan banyak orang ketika dia memutuskan untuk jatuhkan hatinya kepada seseorang. Terkadang kita pun harus menjadi orang lain agar seseorang juga menjatuhkan hatinya untuk kita. Aku menyukai, sangat menyukainya sampai apapun yang aku lihat dari dirinya aku menyukainya. Perasaan yang begitu lama aku tanam, aku pun tak tahu apa yang aku lakukan. Menyakiti atau meyakinkan??? Aaahh ntahlah yang aku tahu saat itu aku benar-benar menyukainya.
Hingga sampai di malam itu dia bertanya padaku, apakah aku menyukainya?. Aku bingung, takut dan bermacam-macam perasaan saat itu aku rasakan. Pertanyaan apa ini? Yang menurutku aneh, yang menurutku aku seharusnya senang, tetapi belum lama itu dia baru saja putus dengan pacarnya. Apa dia ingin menjadikan ku sebuah pelarian?????? Tak mungkin aku berkata seperti itu dengannya, berkali-kali aku menghapus pesan. Haruskah aku mengatakan “iya aku menyukaimu, sangat sangat menyukaimu”, tapi aku akan terlihat seperti orang yang bodoh. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk bilang jika aku tidak menyukainya, hal yang lebih bodoh lagi yang aku lakukan. Harus bagaimana aku jika dia menjauh?
Waktu berlalu dari hati itu, aku merasakan penyesalan tapi juga aku senang karena mungkin aku tidak dijadikan pelarian untuknya. Aku masih berdoa agar selalu bertemu dengannya dan Tuhan selalu mengabulkannya, mempermudah yang aku inginkan. Tapi jika sebuah cinta hanya diperjuangkan oleh seorang saja, bisakah ada sebuah hubungan??? Itu yang aku pertimbangkan, hingga aku mulai untuk memperjauh jarakku dengannya. Aku minta pada Tuhan untuk jauh dengannya, Dia pun mengabulkan. Barantakan semua hatiku, Tuhan mengizinkan aku dekat dengannya tapi juga memberiku restu untuk jauh darinya, apa? apa? sementara hati ini masih jatuh untuknya.
Tiba waktu itu saat aku tak tahan dengan semua perasaan ini, dengan semua gejolak yang aku rasakan. Aku beranikan diri untuk menyatakan ini tanpa berharap lebih dari semuanya, yang aku harapkan dia tak punyai rasa ilfil terhadapku. “Aku menyukaimu, aku hanya ingin mengatakan ini hanya untuk menenangkan hatiku, meyakinkan jika aku memang menyukaimu”, aku kirim pesan itu padanya dengan berfikir panjang sebelum aku melakukannya, aku menyiapkan hatiku untuk sakit.
Sejak saat itu, mungkin aku tidak lagi menjatuhkan hatiku pada orang lain. Pandangan pertama yang terlihatnya indah ternyata menyimpan luka yang sangat dalam, perasaan yang menggebu-gebu sepanjang perjalannan kisah itu. Aku sadar Tuhan memberikan perasaan bahagia, sedih bahkan sakit seperti yang aku alami hanya untuk mengajarkan untuk kuat, untuk berfikir lebih luas dalam mengartikan kata “CINTA”. Aku sendiri bukan berarti aku tak memiliki siapapun, masih ada teman-temanku yang membuat hari-hari bahagia tanpa adanya seorang lelaki yang duduk di hatiku. Aku kutip kalimat ini dari sebuah buku yang aku baca “Barangkali Tuhan sedang tidak ingin kamu jatuh cinta, agar kamu bisa mencintai dirimu lebih lama”.

0 komentar:

Posting Komentar